Senin, 31 Agustus 2009

Joseph's Smile

Dear all,

Berikut ini adalah video Joseph, silahkan menyaksikan.

Minggu, 23 Agustus 2009

Survival Revival (Day 4)


Hari Minggu pagi ini saya bangun dengan kondisi tubuh yang jauh lebih baik, kekuatan kembali muncul. Semalam hampir-hampir saya demam karena masih terasa lelahnya berjalan 2 hari di hutan, tapi untunglah ada lebih banyak makanan dan minuman sehingga memberi energi yang baru.
Pagi hari semua bersuka cita, kami membuat perlombaan membuat api tanpa korek api, menarik sekali karena semua tim berusaha berbagai cara agar mereka dapat membuat api dan segera memasak, kalau tidak makan pagi mereka mungkin dekat-dekat dengan makan siang mereka.
Kehidupan selama acara survival revival memang berat, tetapi saat kami semua mau belajar dari situasi yang dihadapi maka kami akan memperoleh aplikasi pribadi. Buat saya sendiri, perjalanan hidup selama survival revival menggambarkan perjalanan pelayanan saya yang bisa saja datang begitu berat dan sulit, sering kali salah jalan, kelelahan, tubuh sakit, kurang makan dan minum, namun kalau saya tetap fokus kepada Yesus yang memimpin perjalanan tersebut, saya percaya akan sampai di tujuan dengan bersukacita. Siang itu kita mengikuti acara perlombaan masak yang dilakukan group-group survival revival Angkatan 8, lucu-lucu sekali menu mereka, ada getuk, kolak, pisang dioles gula, nasi bambu, dll. Semua itu mereka buat dengan peralatan dan bahan-bahan masak yang serba sederhana. Untunglah pada siang hari ada banyak anggota jemaat datang ke lokasi camping kami sambil membawa makan siang untuk kami dan juga untuk mereka sehingga kita bisa makan bersama di pinggiran pantai tersebut, menu misionaris ditambah dengan menu jemaat, anda bisa kira menu mana yang paling menantang kan?.
Akhirnya jam 2 siang kami semua sudah bersiap untuk kembali ke kampus, namun oleh karena pantai sedang surut pada jam tersebut sehingga timbulah lapangan pantai yang luas, maka officer putuskan untuk lakukan permainan sepak bola dengan para misionaris. Bayangkan, jam 2 siang di pinggir pantai kami berlari-larian bermain bola kaki bersama-sama. Lelahnya berlari ditambah juga dengan panasnya sinar matahari membuat kami semakin kecapean, namun tetap semangat sampai truk yang menjemput kami sudah datang baru kami semua masuk ke dalam truk tersebut dan kembali ke kampus. Jam 7 malam kami sudah tiba di kampus, kemudian jam 9 malam diadakan acara Temu Budaya, yaitu masing-masing kelompok akan buat acara special untuk menutup keseluruhan acara survival revival selama 4 hari tersebut. Banyak acara menarik dibuat pada waktu tersebut, sehingga tidak terasa acara baru selesai jam 12.30.
Demikianlah acara survival revival Angkatan 8, saya sangat senang memperoleh kesempatan untuk mengikuti acara ini.

Sabtu, 22 Agustus 2009

Survival Revival (Day 3)


Selamat Pagi dan Selamat Sabat.
Ahirnya kami semua bangun pagi juga di hari Sabat ini, badan semua rasanya pegal-pegal dan remuk-remuk tapi tetap gembira menyambut Sabat pagi. Tadi malam setelah kami tiba di Desa Rap-Rap, semua turun dari truk di lapangan desa. Setelah memeriksa segala sesuatu maka kami mulai berjalan ke lokasi camping kami di pinggiran desa setelah melewati muara sungai. Tempat tersebut memang cocok untuk camping karena jauh dari perumahan penduduk, namun masalahnya adalah tidak ada sumber air, tidak ada MCK dan terlebih lagi adalah kalau pagi hari air pasang sehingga kita kalau kita mau lewat air setinggi dada. Air baru surut nanti siang hari, dan sore hari air naik lagi baru surut nanti kalau sudah jam 10 malam hari. Demikianlah kami tinggal ditempat yang penuh tantangan ini.
Pagi hari ini semua Angkatan 8 sibuk untuk mempersiapkan makan pagi mereka, karena semalam mereka baru tidur jam 2 malam setelah sedikit menikmati makan subuh mereka. Saya tidak tahu apa dan bagaimana cara mereka memasak dengan kondisi air yang serba kurang, tapi mereka tetap kelihatan bersemangat. Selanjutnya setelah kami semua makan maka jam 8 pagi ada kapal motor yang menjemput kami, secara berkelompok dan bergantian kami dibawa ke sisi pantai yang lain, dan setelah menumpang mandi di rumah anggota jemaat selanjutnya kami melayani di jemaat Rap-Rap bersama dengan 2 jemaat lainnya yang ada di desa sebelah. Walaupun udara sangat panas sehingga membuat kami semua berkeringat, kami tetap bersemangat memberikan pelayanan sabat kepada jemaat. Anggota jemaat umumnya adalah keluarga-keluarga nelayan yang hidup sederhana, namun mereka tetap setia dalam iman mereka.
Pada malam hari diadakan acara api unggun, dan para senior missionary dari ISMA membawakan acara untuk adik-adik angkatan mereka, memberikan semangat kepada mereka untuk lebih siap bekerja di ladang pelayanan, karena kondisi di ladang bisa jadi jauh lebih berat dari pengalaman survival revival yang sedang mereka jalani saat ini.

Jumat, 21 Agustus 2009

Survival Revival (Day 2)


Saat ini sudah jam 8 malam, dan kami sedang berada dipinggir jalan raya berharap memperoleh truk yang akan membawa kami ke desa Rap-Rap. Kami baru saja keluar dari hutan setelah berjalan dari jam 7 pagi untuk mencari jalan keluar dari hutan. Rupanya pemandu yang kami sewa tidak berhasil memperoleh jalan keluar hutan, karena dia sudah hampir 6 tahun tidak menggunakan jalan tersebut dan banyak jalan yang telah berubah. Beberapa kali kami tersesat dan harus kembali, tidak perduli setelah menuruni tebing yang curam kami harus tetap kembali naik ke atas. Luar biasa rasa lelah yang kami terima, apalagi supply bahan makanan hanya biskuit, dan itupun sudah mulai berkurang. Kami disegarkan pada saat kami menemukan sungai sekitar jam 2 siang. Kami dapat melepas lelah ditempat tersebut dan mengambil air minum. Namun sayang sekali salah seorang misionaris mengalami kecelakaan saat kakinya yang pernah patah terinjak kaki teman lainnya yang mengakibatkan kembali retak dan dia sangat kesakitan sekali. Teman-teman akhirnya membuat tandu untuk sahabatnya tersebut, sehingga dari jam 5 kami mulai tinggalkan sungai menuju jalan raya dengan melewati sungai berbatu yang kering. Barulah kami sampai dipinggir jalan raya ini. Kampung terdekat sangat jauh jaraknya, jadi kami kirimkan teman kami untuk mencari kendaraan sewa di kampung terdekat untuk membawa kami ke kampung Rap-Rap, dan akhirnya kami memperoleh sewa sebuah truk pasir yang selanjutnya membawa kami semua ke tempat tujuan kami selama 1,5 jam perjalanan. Sampai ditempat tujuan segera kami menuju tempat camping kami dan tiba pada jam 11 malam.

Kamis, 20 Agustus 2009

Survival Revival (Day 1)




Hari ini luar biasa, saatnya buat kami semua untuk berangkat survival revival ke hutan. Dari semalam teman-teman Angkatan 8 telah menyiapkan seluruh perlengkapan mereka, dan mulai jam 6 pagi hari mereka melakukan peregangan otot sampai jam 8 pagi kami berangkat naik truk dan harus menempuh perjalanan selama 2 jam sampai tiba di lokasi. Selanjutnya jam 10 pagi kami mulai melakukan perjalanan menembus perkebunan masyarakat setempat kemudian menuju hutan. Setiap group berjalanan beriringan sambil mengucapkan yel-yel mereka dan bernyanyi. Setelah dua jam perjalanan seluruh anggota group mulai keletihan karena udara yang panas menyengat. Namun kemudian saat mereka memasuki hutan lebih dalam dan mendaki maka sinar matahari mulai berkurang, namun jalan mendaki membuat mereka terengah-engah. Sampai jam 2 siang, seluruh kelompok baru diperbolehkan makan siang dan beristirahat selama 30 menit kemudian melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan saat air minum mulai habis, pemandu yang kami sewa untuk menuntun perjalanan mencari bambu dan mengambil air dari dalam bambu tersebut. Luar biasa Tuhan menyediakan air yang cukup segar dan banyak dari bambu tersebut, kami minum puas dan bahkan dapat menyimpan yang lebih dibotol-botol kami.
Perjalanan dilanjutkan lebih jauh lagi dan seluruh anggota tim lebih lelah lagi karena mulai masuk hutan belantara dan cadangan air mulai habis. Lalu pemandu kami mencarikan lokasi mata air yang sudah lama, dan mendapati ditempat tersebut masih ada mata air mengalir. Selanjutnya seluruh anggota tim bergantian mengisi botol mereka. Ada beberapa anggota tim yang sudah sangat kelelahan, bahkan ada yang keseleo dan kram. Tetapi mereka tidak menyerah dan terus maju terus.
Hari sudah mulai sore namun kami belum juga tiba di lokasi Kampung Tua tempat tujuan kami menginap, kampung tersebut ada di tengah hutan, tidak ada lagi penduduknya, hanya kuburan-kuburan tua. Tapi perjalanan kami jam 6 sore sampai jam 7 tersebut justru perjalanan yang paling sulit karena kami harus melewati semak belukar yang tertutup dan penuh dengan semak duri. Tim di depan harus menggunakan parang untuk membuka jalan, namun nampaknya jarak ke Tua belum juga dapat diprediksi sementara waktu sudah menunjukan jam 8 malam dan jalan semakin sulit karena gelap, lampu senter yang terbatas semakin mempersulit perjalanan. Akhirnya ketua tim memutuskan kami untuk mencari lokasi agak luas dan tidur ditempat tersebut. Akhirnya kami peroleh lokasi agak luas, kemudian dibersihkan semak belukarnya dan dibuka terpal untuk mereka tidur. Seluruh anggota tim diberikan waktu untuk membuka bekal yang mereka miliki untuk makan malam mereka, dan sekitar jam 9 malam semua lampu senter mati, kepekatan malam datang dan kami semua mulai tertidur.
Berkali-kali saya terjaga di malam hari karena berkali-kali juga saya harus memperbaiki lokasi tidur saya karena selalu melorot ke bawah oleh karena tempat lokasi tidur kami memiliki struktur tanah yang miring. Untung saja saya membawa sleeping bag ditas, sehingga dalam kehangatan sleeping bag tersebut saya tertidur sampai jam 5 pagi saat kami semua terbangun untuk melakukan doa pribadi.

Senin, 17 Agustus 2009

Indahnya Bunaken


Hari ini, tanggal 17 Agustus 2009, bersama-sama dengan teman-teman EISMA dan group GATE dari Korea, kami pergi ke Bunaken. Akhirnya, setelah lebih dari 6 kali datang ke Manado baru kali ini berkesempatan ke Bunaken, taman laut terindah di dunia. Sayang skali Nansy dan Jose tidak bisa ikut serta karena kondisi kesehatan Jose yang sedang kurang baik. Dari kampus kami menggunakan 1 buah bus dan 1 buah minibus. Kami berangkat jam 9.30 pagi, perjalanan ke pelabuhan pemberangkatan memakan waktu 2 jam, kemudian berangkat pada jam 1.30 siang. Kebetulan pada minggu ini ada festival Sail Bunaken, jadi ada beberapa kapal laut dari luar negeri akan datang. Tadi kami sempat melihat atraksi beberapa pesawat tempur di udara. Birunya laut, gelombang ombak yang menari-nari serta angin laut yang menghempas setiap muka kami nikmati di dalam perjalanan ke Bunaken. Ada sekitar 40 orang yang berangkat bersama-sama. Setibanya di pulau Bunaken kami berhenti sejenak untuk menyewa alat-alat snorkling, kemudian kami berangkat ke lokasi taman lautnya tidak jauh dari tempat penyewaan tersebut. Setibanya di lokasi kami semua langsung berhamburan ke laut, dan karena karang lautnya cuma setinggi dada maka kami dapat berdiri ditengah laut tersebut serta berenang dengan memakai alat snorkling terlihat indah pemandangan taman lautnya. Karang-karangnya indah dan juga ikan-ikan berwarna warni berenang di sekitar kita. Wah pokoknya indah banget deh. Setelah lebih dari dua jam kami bersnorkling akhirnya seluruh anggota naik kembali ke kapal yang selanjutnya kembali ke dermaga Bunaken untuk mengembalikan alat-alat sewa dan juga berbilas di kamar mandi yang tersedia. Rasanya puas sekali! Akhirnya kesampaian juga melihat Bunaken. Kalau anda ke Manado jangan lupa sempatkan melihat Bunaken.

Minggu, 16 Agustus 2009

Beggar Evangelism

Hari sabat jam 2 siang, teman-teman misionaris Angkatan 8 keluar kampus untuk melakukan kegiatan Beggar Evangelism. Dalam program ini mereka akan dikirim berdua-berdua selama jangka waktu 5 jam mengunjungi rumah-rumah di daerah yang telah dipilih. Dalam kunjungan ke rumah-rumah tersebut mereka akan mendoakan pemilik rumah, membantu mereka melakukan pekerjaan rumah apapun, sampai mereka memperoleh makan siang di rumah tersebut, karena saat keluar kampus mereka tidak memperoleh makan siang. Dan persyaratan mereka dapat kembali ke kampus kalau mereka juga membawa oleh-oleh yang diberikan oleh pemilik rumah-rumah yang mereka kunjungi. Umumnya saat mereka kunjungi rumah-rumah tersebut, pemilik rumah heran, curiga, bahkan ada yang menanyakan surat tugas sagala. Tapi karena mereka datang dengan senyuman dan juga izin untuk bertamu dan bersahabat dengan pemilik rumah, mereka mau untuk menerima teman-teman misionaris. Saat diterima oleh pemilik rumah, misionaris tidak menyia-nyiakan waktu untuk segera mengakrabkan diri dengan pemilik rumah, tak segan mereka langsung mendoakan pemilik rumah tersebut, sehingga suasana semakin cair karena pemilik rumah senang untuk dilayani dalam doa. Umumnya dalam waktu singkat mereka semakin akrab dan akhirnya tawaran untuk menikmati makan bersamapun diperoleh mereka, bahkan mereka diberikan bekal pada waktu meninggalkan rumah. Tak jarang juga mereka ditolak untuk masuk oleh pemilik rumah. Waktu kami kunjungi lokasi tempat mereka menyebar, kami bertemu dengan sepasang misionaris yang sampai jam 4 belum dapat makan siang padahal mereka sudah kunjungi beberapa rumah. Waktu mereka katakan kepada kami bahwa mereka belum memperoleh makan, kami hanya jawab “berdoa lagi, pasti ada makanan”, ternyata mereka mendengar saran kami dan berdoa sebelum memasuki rumah lainnya, dan kesaksian mereka kepada kami adalah bahwa di rumah tersebut mereka memperoleh makan siang mereka. Puji Tuhan!. Beggar Evangelism adalah salah satu program training yang diberikan kepada misionaris untuk melatih kemampuan mereka dalam membangun persahabatan dengan orang yang baru dikenal. Baru beberapa jam saja mereka berkenalan, sudah disuguhkan makan bahkan diberikan bekal, apalagi mereka memperoleh lebih lama lagi waktu untuk saling bersahabat, tentunya akan lebih akrab lagi.

Kamis, 13 Agustus 2009

Parade Doa Bukit Kasih


Sore ini para misionaris Angkatan 8 diminta untuk mempersiapkan diri karena malam ini semua anggota tim akan bergerak bersama menuju Bukit Kasih, sebuah lokasi pemandian air panas di lokasi perbukitan beberapa kilometer jauhnya dari kampus. Setelah semua anggota siap, maka perjalanan dimulai jam 7 malam dengan berjalan kaki. Selama perjalanan tidak ada seorang misionaris yang diperbolehkan untuk mengeluarkan suara, mereka hanya berdiam diri sambil berdoa dalam hati. Perjalanan menuju Bukit Kasih cukup mendaki, kadangkala seluruh tim harus berlari namun tidak pernah disediakan waktu untuk beristirahat, semua harus terus berjalan. Udara yang awalnya dingin menjadi sangat panas karena setiap misionaris memakai jaket lengkap, satu persatu mulai melepaskan jaket mereka dengan nafas terengah-engah. Derap kaki tiap misionaris mengakibatkan debu berterbangan disekitar, namun kabut debu itu tetap harus terus ditembus. Setelah satu jam perjalanan, sampailah kami di Bukit Kasih. Lokasi tersebut sangat gelap, karena saat itu sudah jam 8 malam, tidak ada orang lagi disekitar tempat tersebut. Misionaris segera berkumpul bersama, menengguk air untuk melepaskan dahaga, dan selanjutnya di sebar ke daerah sekitar untuk melakukan perenungan dan doa pribadi. Seruan doa, nyanyian dan tangisan terdengar memecahkan keheningan dan pekatnya malam. Selama 2 jam penuh para misionaris menumpahkan seluruh pergumulan mereka kepada misionaris besar Yesus Kristus. Mereka menyadari kelemahan, kekurangan dan ketidaklayakan mereka, dan mereka berseru meminta kuasa dari surga untuk menolong mereka. Perlahan namun pasti, udara menjadi sangat dingin, angin malam mulai menembus pori-pori bahkan sampai ke tulang rusuk mereka, namun mereka terus berseru memanggil nama Tuhan mereka. Selesai acara jam doa, dalam keletihan setelah menempuh perjalanan 1 jam dan berdoa selama 2 jam, para misionaris diperbolehkan untuk memasuki kolam air panas untuk berendam di dalamnya. Air panas belerang yang terdapat dalam kolam tersebut seolah memijat-mijat tubuh mereka, semua disegarkan oleh air panas alami tersebut. Setelah hampir satu jam berendam para misionaris segera diminta untuk kembali ke kampus dengan menggunakan kendaraan yang telah dipersiapkan. Pengalaman parade doa tersebut sangat menyentuh hati tiap misionaris.

Minggu, 02 Agustus 2009

Cerita Perjalanan ke Mission Field

Keluarga kami berangkat meninggalkan Jakarta pada hari ini, Minggu, tanggal 2 Agustus 2009 bersama dengan 5 (lima) orang calon misionaris Angkatan 8 (dari 10 orang muda Jakarta – Bandung yang akan bergabung di Angkatan 8), dan juga 5 (lima) orang muda yang baru pulang pelayanan 4 (empat) bulan di Doloksanggul, Sumatera, yang menyertai kami keluarga kami untuk menuju Kampus 1000 Missionary Movement yang berada di Manado. Teman-teman dan keluarga mengantar kami di bandara, ada rasa sedih rasanya meninggalkan mereka semua, tetapi kami ingat janji pelayanan kami kepada Tuhan, suatu ketika kami pasti akan berjumpa dengan mereka.
Oleh karena banyaknya barang yang kami bawa, maka waktu check-in kami hampir memakan waktu 1 jam sehingga hanya sedikit waktu untuk berbincang-bincang dengan teman, orang tua dan saudara yang mengantar kami. Pada waktu kami masuk untuk naik ke pesawat, ternyata semua penumpang pesawat Batavia yang kami gunakan telah masuk semua ke kabin, hanya tinggal rombongan kami yang tertinggal. Kami semua berlarian menuju pintu pesawat, saya harus gendong Joseph agar memudahkan kami masuk pesawat. Masih banyak barang-barang yang kami bawa secara hand carry, namun oleh karena tidak ada lagi ruang untuk menaruh barang-barang kami di loker yang tersedia maka petugas memberikan izin kepada kami untuk memasukan barang ke bagasi secara free/gratis, puji Tuhan!
Penerbangan langsung dari Jakarta – Manado memakan waktu 3 (tiga) jam, dan kami sama sekali tidak mengalami kesulitan dengan Joseph, karena hamper 2,5 jam dia tertidur diatas pesawat, otomatis itu tidak mengganggu kami, hanya saja Nansy harus kecapean memegang Joseph yang tertidur diatas pangkuannya.
Sesampainya di pelabuhan udara Sam Ratulangi, sudah ada penjemput dari Kampus 1000MM, yang membawa sebuah mobil minibus dan pick-up untuk membawa barang-barang kami. Selanjutnya kami meneruskan perjalanan dari pelabuhan ke kampus 1000MM di Tompaso yang ditempuh dengan waktu 2 (dua) jam.
Sesampainya di kampus, kami tiba sekitar pukul 5 (lima) sore, udara dingin ditambah angin keras menyambut kedatangan kami, namun udara pegunungan yang segar tersebut memberikan kesegaran juga dalam kehidupan kami.
Terima kasih Tuhan, akhirnya kami tiba di ladang pelayanan pertama bagi keluarga kami, Tuhan kiranya menunjukan apa yang Tuhan ingin kami lakukan di tempat ini.

Rabu, 22 Juli 2009

Khotbah Perpisahan - oleh Pdt. H. Hutabarat

Matius 5:13-14 “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak diatas gunung tidak mungkin tersembunyi”
Ada dua benda penting yang digambarkan dalam ayat tersebut diatas bahwa hanya ada Keberhasilan jika ada Pengorbanan. Itulah Garam dan Pelita. (peragakan Garam di gelas dan Lilin dibakar) Garam hancur, larut dan hilang agar ia dapat memberi rasa pada makanan. Pelita atau lilin harus hancur dan bentuknya menjadi sangat buruk agar ia bisa memberi terang sekelilingnya. Dua benda itu nilainya bisa berharga, setelah hancur dan hilang. Ia tidak memikirkan dirinya. Ia mau memberikan tubuhnya agar orang lain tertolong, itulah yang Yesus lakukan bagi anda dan saya. Manusia akan berharga bila ia memikirkan orang disekitarnya lebih dirinya sendiri. Orang tua akan cepat tua, keriput, wajahnya terlihat kerutan seperti siku-siku diwajahnya, kelelahan, hingga badannya bungkuk hanya untuk memberikan segenap tenaganya untuk keluarganya. Tapi karena pengorbanannya anaknya sehat-sehat dan memiliki masa depan. Jadi kalau ada orang tua menjaga, membatasi tenaganya, terlihat segar bugar, tubuhnya tetap kokoh karena kurang berkorban, sementara anaknya memerlukan bantuan ayahnya agar memperoleh kebutuhan cukup dan dapat memiliki masa depan, orang tua itu diragukan tanggungjawabnya.
Demikianpun hidup kita dalam bekerja bagi Allah. Tanpa Pengorbanan tidak akan ada Keberhasilan, tidak akan ada kemenangan iman. Keberhasilan sejati hanya dapat berdiri di atas Pengorbanan.
Saudaraku yang kekasih dalam Tuhan, kita bersyukur dapat berkesempatan untuk berkumpul di rumah ini dalam satu acara, yang bertujuan untuk mendoakan Kel. Markus yang kita kasihi, karena sebagaimana yang kita tahu keluarga ini telah memutuskan untuk memberikan hidup keluarganya bagi pelayanan pekerjaan Sorga. Tentu keputusan ini ketika diambil tidaklah satu perkara mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Mulai dari orang tua, Suami, Istri dan Anak. Karena hidup yang akan dijalani adalah untuk Pengorbanan. Sementara banyak orang berjuang untuk menyiapkan masa depan yang terbaik bagi keluarganya, agar hidupnya nanti tidak berkesusahan. Keluarga Markus memilih sebaliknya. ini telah menjadi ispirasi kepada seluruh anggota jemaat, semoga semangat pelayanan ini menuar kepada yang lain, seperti virus yang ganas saat ini menerpa dunia. Kalau seandainya Markus seorang diri, belum berkeluarga atau tidak berkeluarga, bisa saja tenaganya fokus kepada misi yang ia kerjakan. Namun dalam realita, ada Nancy, ada Joseph, dimana ia juga harus bagikan energinya untuk mendampingi mereka, menemani mereka, menghibur mereka, saat-saat tertentu. Ketika sakit, ada masalah dan lain sebagainya. Mengapa saya katakan demikian, karena Missionari itu pada umumnya ia hidupnya bergantung dimana ia tinggal berbaur dengan orang-orang yang ia layani. Bukan seperti karyawan atau pegawai setiap tanggal gajian uang gajian sudah masuk rekening.

Oleh sebab itu saya ingin memberikan 5 (lima) point perlu diingat kepada keluarga ini :
(1) Pekerjaan ini adalah Pekerjaan Sorga. Penguasa Alam semesta itu sangat menaruh perhatian Yohanes 4:34 (Makanan Yesus). Karena Pencipta itu dan seluruh penghuni surga sangat menaruh perhatian, menyertai mereka, membekali mereka, bahkan melindungi mereka dengan kekuatan besar, yaitu kepada setiap jiwa yang berjalan, mengunjungi dan menyelamatkan jiwa-jiwa.
(2) Pekerjaan ini memerlukan Kuasa dari Luar ( Kuasa Allah). Filipi 4 :13 “segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku”
(3) Pekerjaan ini adalah Pekerjaan Kerendahan hati. (Yeremia merasa dirinya masih muda) (4) Pekerjaan ini adalah Pekerjaan Pengorbanan, tidak menerima apa-apa, tapi memberi semua yang anda bisa berikan. (termasuk nyawa sekalipun) – lihat Yoh.3:16
(5) Pekerjaan ini adalah Pekerjaan dengan Tantangan Paling Besar, karena iblis paling benci, Ia tidak senang dengan pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa. Ia akan kerahkan segala cara untuk menggagalkan setiap wakil Allah yang berniat untuk memperkenalkan Yesus, melalui kelelahan, penyakit, kekuatiran, rasa bosan, tertekan dan lain sebagainya. Wahyu 12:12 “Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diamdidalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat”
Saudaraku, Markus, anda masih muda, dan puncak kejayaan dalam berkarya adalah masa-masa seperti usia sekarang ini. Saya yakin Sdr. Markus bisa melakukan banyak hal, meberikan hasil yang cemerlang dalam pencapaian pekerjaan Allah, bahkan mungkin perkara yang luar biasa dalam kemampuaannya yang penuh seperti sekarang ini,
Apa yan g saya mau sampaikan, dasar yang kuat agar kita bertahahan dalam pekerjaan ini hanya satu. Cinta. Kasih kepada empunya pekerjaan ini. Oleh sebab itu hal yang perlu dipelihara setiap hari, adalah Cinta, Kasih kita kepada Allah. Itulah kesetiaan yang tidak pernah pudar.
Di masa lalu banyak kita tahu, mereka yang menggantungkan kepada Allah selalu menang, dan berhasil. Namun tidak sedikit juga yang gagal. Beberapa hamba Tuhan, Pdt, undur dalam pekerjaan ini, seperti di kupang, dan tempat lain. Padahal mereka beroleh gaji/upah yang layak. paling tidak mereka tidak kelaparan hidupnya untuk pekerjaan Tuhan. Mereka gagal karena tidak menggantungkan hidup mereka dalam kendali Pencipta itu.
Olimpiade 1984, seorang pelari wanita Swiss, ikut maraton 41km, lama setelah pelari pertama masuk baru ia datang terhuyung-huyung memasuki Los Angeles Colisium, hampir tidak dapat berdiri, ia hrs memutari stadion baru sampai ke finish, kerap kali ia hampir terjatuh .. melihat hal ini penonton berdiri semua mem beri semangat ketika dijalur lurus terakhir iapun jatuh tetapi bangun kembali dgn susah payah, pelatihnya ber jalan disampingnya dengan hati-hati agar tidak kena diskualifikasi, kemudian setelah sampai garis finis, ia terjatuh dalam pelukan sang pelatih dengan tidak sadar kan diri... Sungguh suatu gambaran yang luar biasa tentang ketahanan... ini adalah jenis daya tahan yang menurut Rasul Paulus merupakan tanda kasih. Kasih sejati bertahan dalam menanggung sesuatu.....
KASIH tidak berkesudahan (13:8).... Saudaraku kasih seperti inilah yang perlu kita hidupkan... dapatkah kita melakukannya? Allah melalui Yesus telah memberikan contoh bagi kita semua, Yohanes 3:16 ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Terakhir Pesan yang ingin saya sampaikan adalah Nasehat yang bukan dari saya. Karena biasanya Yang terakhir yang selalu mudah diingat. Itu sebabnya Nasehat itu nasehat yang tidak bias salah dari Allah, melalui hambanya. Saya hanya speaker, membuat jadi bersuara lebih terdengar. Inilah Nasihat itu :
Life Sketches 196.2
“Kita tidak perlu takut apapun di masa yang akan datang, kecuali kita melupakan bimbingan Tuhan yang telah menuntun kita pada masa yang lampau, dan pengajaran-Nya, di dalam sejarah masa lalu kita”
TUHAN yang pernah menuntun diwaktu yang lalu, akan juga menuntuk kita di waktu yang akan datang
TUHAN akan memberikan sentuhan sukacita kepada saudara dan saya.

Jadi JANJI PEMELIHARAAN ALLAH ITU PASTI.
Penutup
Saudaraku Bekerja mencari nafkah itu penting, tanggungjawab mencari nafkah untuk keluarga itu sangat terhormat, mengumpulkan bekal untuk masa depan itu sangat perlu. Namun .. bila ada pekerjaan yang paling tinggi, sangat mulia, dan yang paling agung yang pernah ada di dibawah kolong langit ini adalah pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa. Tuhan kiranya memberkati Keluarga Markus agar tetap bertahan setia sampai Maranatha. Amin.

Kamis, 25 Juni 2009

Misionaris Pedalaman Papua

Sosok yang satu ini kelihatannya biasa-biasa saja, dengan tubuh yang kecil, kurus dan kulit agak gelap, banyak orang tidak menyangka bahwa dia adalah seorang Pendeta. Kalau diperbandingkan sosoknya dengan pendeta-pendeta di daerah perkotaan, dia kalah jauh, namun kalau diceritakan tentang pelayanan dan dedikasinya bagi pekerjaan Tuhan, tidak ada yang akan menyangkal bahwa dia adalah sosok pendeta misionaris yang membanggakan.
Lulus dari fakultas theology UNKLAB, Pdt. Alfian Sadondang, demikian nama lengkapnya, dipanggil Tuhan untuk melayani wilayah kerja di Mission Papua. Pengalamannya sebagai seorang missionaris saat dia masih kuliah mendorong dia untuk siap ditugaskan dimana saja sesuai rencana Tuhan.
Ndugundugu, adalah nama sebuah desa di pedalaman pulau Papua diantara jejeran pegunungan Jayawijaya. Ditempat itulah sejak tahun 2005 beliau melayani bersama dengan istri dan anak-anaknya. Perjalanan menuju Ndugundugu tidaklah mudah, dari Jayapura mereka harus naik pesawat Cessa kecil selama 2,5 jam untuk sampai di kota kecamatan Paniai, kemudian dari kota kecamatan tersebut mereka harus berjalan mendaki selama 6 jam untuk tiba di lokasi rumah tempat tinggal mereka. Sementara itu, daerah pelayanannya sebagai pendeta distrik tidak hanya di Ndugundugu, tetapi juga dibeberapa tempat disekitarnya dalam radius 5 -7 jam perjalanan jalan kaki.
Tekadnya untuk memasuki daerah-daerah baru harus berhadapan dengan berbagai rintangan dan ancaman. Satu rombongan masyarakat suku setempat dengan panah dan tombak pernah datang ke rumah beliau dan meminta 3 kepala manusia sebagai korban bilamana hendak memasuki daerah mereka. Namun Tuhan itu luar biasa, dia menjaga anak-anaknya dari mara bahaya dan tetap membuat dia sukses dalam setiap tugas pekerjaan yang diberikan. Seorang kepala suku yang tertarik dengan pelayanan dari Pdt. Alfian Sadondang, maju dan menantang masyarakat yang menolak kehadiran hamba Tuhan di daerah mereka.
Bersama istri dan 4 orang anak-anak yang masih kecil-kecil (usia tertua baru 7 tahun), Pdt. Alfian Sadondang giat memberitakan kabar keselamatan kepada jiwa-jiwa di daerah pedalaman Papua tersebut. Lokasi pelayanan yang berada di +/- 5.000m diatas permukaan laut, dengan hawa dingin yang menusuk, serta serba tidak ada apa-apa (tidak ada pasar, warung, rumah sakit, sekolah, dll), kadang supply makanan sudah habis dan anak-anak harus berpuasa sambil menunggu berkat yang Tuhan berikan kepada mereka, keluarga misionaris tersebut tetap tinggal dan terus bekerja.
Berbagai profesi mereka pegang sekaligus, pendeta, guru, perawat dan dokter. Sang istri dengan setia mendukung segenap pelayanan yang dilakukan suaminya, bahkan dia juga terlibat langsung dalam setiap aktivitas pelayanan yang mereka lakukan di ladang pelayanan mereka.
Kalau orang lain mungkin berpendapat bahwa kehidupan mereka itu amat menyedihkan, tapi mereka katakan hidup mereka sangat luar biasa dan menggembirakan.
Saya percaya mereka hidup lebih akrab dengan Tuhan Yesus dibandingkan kita yang hidup lebih baik diperkotaan.
Tuhan kiranya memberikan kekuatan dan keteguhan kepadamu dan keluarga di dalam penyelesaian kabar sukacita keselamatan bahkan sampai ke ujung dunia pedalaman Papua.




Born and Burnt Again!


Demikianlah thema dari acara Youth Prayer & Bible Meditation (YPBC) yang diselenggarakan oleh Indonesia Senior Missionary Association - ISMA di Jakarta (12-14 June 2008) dan di Semarang (19-21 June 2009).
Acara tersebut telah berlangsung secara luar biasa, seluruh peserta dan bahkan panitia sendiri merasakan kuasa yang besar saat bersama-sama merenungkan dan memeditasikan firman Tuhan serta berdoa secara terbuka dengan Tuhan.
Walaupun lelah karena harus menyelenggarakan acara tersebut dalam 1 minggu berturut-turut, tapi suatu kebahagiaan besar melihat ada banyak jiwa yang imannya diperbaharui dan terbakar kembali. Saya percaya, acara tersebut penuh kuasa adalah oleh karena doa dan puasa yang dibuat panitia sebelum penyelenggaraan acara tersebut.
Awalnya ada satu kekhawatiran tentang kemampuan para trainer memberikan presentasi materi masing-masing, karena acara YPBC tahun 2008 hanya ada seorang narasumber yaitu Pst. Gee Sung Bae, namun kali ini ada beberapa orang baik dari kampus 1000MM maupun dari ISMA. Namun seperti halnya Tuhan menuntun setiap penulis di Alkitab sehingga seluruh isinya saling sinkron satu dengan yang lain, demikian juga setiap materi yang dibawakan saling mendukung satu dengan lainnya.
Tuhan itu luar biasa, saat kita serahkan sepenuhnya dan mohon tuntunannya maka dia membuatnya melebihi apa yang kita harapkan akan terjadi.
Semangat terus! tahun depan tantangan akan lebih besar lagi, semoga YPBC menjadi sarana bagi orang muda untuk di tuntun mengenal Juruselamat mereka.

Kamis, 11 Juni 2009

Happy Birthday Jose!


Puji Tuhan!

Tanggal 4 Juni 2009 yang telah lewat kami merayakan ulang tahun yang pertama dari JOSE, tidak terasa satu tahun sudah kami bersama dengannya. Saat ini dia semakin lincah dan mulai berkomunikasi aktif dengan kami melalui gerakan, padangan mata, bahkan ucapan-ucapan kecil. Terima kasih Tuhan atas kehadiran JOSE ditengah-tengah kami.
Kami sadar, tanggung jawab atas hidup anak ini ada ditangan kami pada masa pertumbuhan ini. Walaupun dia akan ikut kami dalam pelayanan kami sebagai misionaris, kami percaya Tuhan yang akan sediakan masa depan yang gemilang baginya.
Kiranya Tuhan menolong kami, memberikan hikmat dan kuasa kepada kami untuk mendidik anak ini menjadi anak yang hormat kepada orang tua terlebih kepada TuhanNya Yesus Kristus.

HAPPY BIRTHDAY My SON....!

Kamis, 28 Mei 2009

Brother Malakai


Sosoknya tinggi besar dengan rambut keriting dan kulit hitam sangat mudah sekali dikenali ditengah rombongan para peserta Mission Forum. Saat tiap orang beradu pandang dengannya, dia pasti akan memberikan senyum ramahnya dan tidak jarang menegur orang-orang yang dia temui tersebut.

Namanya adalah Malakai Tikoi, dia berasal dari negara di lautan Pacific yaitu tepatnya di negara Fiji. Sepuluh tahun yang lalu saya pertama kali berkenalan dengan beliau saat kami mengikuti pelatihan angkatan ke 14 di kampus 1000MM Filipina. Kami cukup akrab, karena sama-sama tergabung dalam kontingen internasional, dan beberapa kali bersama-sama terlibat dalam kegiatan bible study, dan tidak ketinggalan juga beberapa pertandingan sepakbola yang seru diantara para misionaris.

Saat ini dia sudah menyelesaikan study teologianya, menjadi pendeta jemaat selama 5 tahun, dan sejak tahun 2008 menjadi coordinator cabang 1000MM di Fiji. Kehidupan pribadinya sangat menarik dan memberikan kesaksian yang luar biasa tentang bagaimana Tuhan turut campur dalam kehidupan dan pelayanannya.

Dilahirkan dalam keluarga SDA, namun sejak SD dia sudah mulai belajar merokok, kemudian berlanjut saat di kelas menengah dia mulai memakai mariyuana, terlebih lagi saat dia berkuliah di sekolah tehnik dia sudah terlibat dalam penggunaan obat-obatan dan juga minuman keras. Pergaulan yang tidak baik telah mempengaruhi kehidupannya, keinginannya untuk terus berpesta pora membuat dirinya berpikir untuk mencari jalan memperoleh uang yang dapat digunakan untuk berpesta.

Karunia kepintaran yang diberikan Tuhan kepadanya bukan digunakan untuk bekerja bagi Tuhan tetapi justru untuk melakukan berbagai kejahatan. Dimulai dari bekerja bersama teman-temannya, dia merencanakan dan melaksanakan perampokan-perampokan terhadap supermarket, toko, bank atau perusahaan bisnis apapun sepanjang itu dapat menghasilkan uang bagi mereka. Keberhasilan dalam berbagai event perampokan dan ketidakmampuan polisi untuk menangkap mereka membuat sahabat saya ini semakin ahli dalam melakukan perampokan. Dia akan mempelajari secara seksama sebelum melakukan suatu perampokan ataupun pencurian. Seperti halnya cerita-cerita penjahat di televisi demikianlah dia lakukan setiap aksi perampokan dan penipuannya. Oleh karena kepandaiannya yang luar biasa, bahkan petugas pembawa uang tidak akan menyadari bahwa kendaraan yang dibawanya sudah tidak lagi membawa uang yang dia harus setorkan di suatu tempat. Setiap hasil jarahan yang diperoleh dipergunakan untuk pesta pora obat-obatan, alkohol dan wanita.

Setelah beberapa tahun bekerja bersama teman-temanya, selanjutnya aksi perampokan dan pencuriannya dilakukan oleh dia sendiri. Dia terlalu ahli sehingga mampu merencanakan aksi perampokan dan pencuriannya dengan sangat baik sehingga ribuan dollar dia gunakan untuk pestanya sendiri. Hidupnya sudah sangat jauh dari kebenaran gereja Advent yang dia peroleh dari kecil.

Suatu ketika, setelah dia berhasil melakukan aksinya, maka dia gunakan waktunya untuk mabuk-mabukan di bar dan setelah bar tutup dia selanjutnya menginap di hotel terdekat. Pagi harinya dia masih meneruskan minum minuman kerasnya di hotel. Setelah waktu untuk cek out, maka dia memutuskan untuk kembali kerumah. Saat itu hujan deras sedang turun, dalam keadaan mabuk dia mengendarai mobil menerobos lebatnya rintik hujan yang turun. Kepala yang masih pusing serta pandangan yang kurang jelas membuat dia kesulitan dalam mengendarai mobil tersebut apalagi kecepatan mobil yang tinggi membuat perjalanan tersebut nampak sedang mengikuti suatu perlombaan balapan mobil. Sampai akhirnya, saat mendekati sebuah jembatan, teman saya ini tidak mampu menguasai kendaraannya sehingga kendaraan tersebut menabrak jembatan dan jatuh ke sungai. Saat air mulai perlahan masuk ke dalam mobil, dia berusaha untuk membuka pintu dan keluar dari mobil, namun nampaknya pintu tidak bisa dibuka dan dia sendiri terjepit setir yang meringsek masuk kedalam menghimpit tubuhnya. Walaupun badannya besar dan tenaganya kuat, saat itu dia sama sekali tidak dapat membebaskan dirinya, dan air terus naik dari kaki ke lutut kemudian naik ke pinggang dan mulai setinggi dadanya. Dia terus berusaha melepaskan diri namun tidak juga berhasil, hujan diluar masih sangat lebatnya menambah jumlah titik air yang masuk kedalam mobilnya. Saat air itu sudah mulai setinggi lehernya, dia sadari bahwa dia akan segera mati. Terlintas cepat didalam pikirannya bagaimana kehidupannya selama ini, bagaimana di sudah terlalu jauh dari Tuhan dan bagaimana dosa-dosanya sudah menjerat kehidupannya. Gantinya berdoa meminta pertolongan untuk keselamatan dari Tuhan, dia berseru dalam hatinya “Please forgive me Lord!”, dia meminta ampun kepada Tuhan dan menyerahkan kematiannya kepada Tuhan namun dengan harapan dapat bertemu muka dengan muka dengan Yesus. Kalaupun dia mati, dia ingin untuk secara langsung dapat bertemu dengan Yesus. Air naik sampai kepada hidungnya kemudian terus naik sampai ke kepalanya dan dia tidak tahu lagi apa yang terjadi.

Yang dia ketahui selanjutnya, dia sudah berada diatas jembatan, dalam posisi terlentang tanpa ada rasa sakit dibadan, tanpa ada goresan luka apapun, dia masih dalam keadaan hidup. Dia menyadari bahwa Tuhanlah yang menyelamatkan dirinya. Tidak ada satu orangpun saat itu, sementara hujan deras terus mengucur dan rumah penduduk ada beberapa kilo jauhnya dari lokasi kecelakaan. Dia merenung dan dia sadari bahwa Tuhan telah memberikan kesempatan baginya untuk hidup untuk maksud tertentu, dan dia putuskan untuk hidup bagi Tuhan di dalam pelayanan sampai bertemu muka dengan muka dengan Yesus.

Hidupnya sejak itu berubah, dia tinggalkan semua masa lalunya, dia ambil keputusan untuk bersekolah kependataan dan menjadi misionaris. Saat ini dia adalah coordinator cabang 1000MM di Fiji. God bless you
Bro!


wrote by markus

Back to the Mission

Baru kemarin saya tiba kembali di Jakarta setelah mengikuti acara Mission Forum yang dilaksanakan di Kampus Pusat 1000 Missionary Movement di Silang, Cavite, Filipina pada tanggal 20 – 24 Mei 2009. Lebih dari 300 senior missionary hadir yang berasal dari lebih 20 Negara, bahkan ketua divisi dari dua divisi yaitu Southern Asia Pacific Division dan Northern Asia Pacific Division hadir dan memberikan firman Tuhan.

Acara ini juga merupakan ajang reuni bagi para senior missionary setelah tidak bertemu dengan teman-teman angkatan mereka antara 10 – 15 tahun yang lalu. Senang sekali rasanya melihat bahwa kami masih sama-sama dalam satu pelayanan misi yang tetap bersemangat untuk terus bekerja bagi Tuhan. Sementara itu, pertemuan dengan para trainer dan direktur yang lama juga memberikan suasana kehangatan yang luar biasa.

Dalam pertemuan ini disampaikan laporan dari berbagai cabang 1000MM yang ada di beberapa belahan dunia seperti Bangladesh, Rwanda, Malaysia, India, Mongolia, Peru, Fiji, Myanmar, dan tentunya tidak ketinggalan Indonesia. Yang uniknya, saat presentasi cabang 1000MM Indonesia, tidak hanya direktur 1000MM Indonesia yang memberikan presentasi tetapi juga dari Indonesia Senior Missionary Assosiation (ISMA). ISMA telah memberikan warna berbeda dalam pertemuan ini dimana mengingatkan senior missionary yang hadir serta para coordinator branch betapa pentingnya melibatkan senior missionary ‘on fire’ tetap di dalam pelayanan.

Utusan ISMA yang hadir saat itu adalah saya, Glenn, Nova dan Risma, serta ditambah dengan Yopi, Noves dan Juliend.

Pesan dari pertemuan ini adalah “Back to Mission”, dimana diingatkan kembali kepada seluruh peserta untuk selalu ingat dan kembali kepada pekerjaan misi yang dipercayakan kepada kita semua khususnya para misionaris. 1000MM telah hadir selama kurang lebih 15 tahun ini untuk melaksanakan misi panggilan akhir, dan untuk itu setiap pihak yang terlibat harus selalu diingatkan untuk kembali kepada misi yang telah ditetapkan dari semula pendirian 1000MM.

Tuhan kiranya memberkati seluruh pimpinan 1000MM dan menggunakan lembaga ini menjadi alat pekerjaan Tuhan yang ampuh di muka bumi ini. Mari kita dukung selalu 1000MM.

wrote by markus

Jumat, 15 Mei 2009

Siapakah Yesus?


Pertanyaan tersebut diatas pernah muncul dalam kehidupan saya pribadi saat saya lulus SMA dan memasuki usia 19 tahun.
Lahir dan dibesarkan dari keluarga Kristen, namun tidak dipungkiri bahwa saya tidak mengenal nama Yesus walaupun nama tersebut selalu saya sebutkan dalam nyanyian gereja saat masih kecil.

Saya ingat masa kecil saya yang hidup di wilayah perkampungan di pinggiran dan dekat dengan pasar besar yang ada di Jakarta. Anda bisa bayangkan bahwa di RT sekitar saya tinggal banyak sekali tinggal para pendatang dari kampung namun juga masih terdapat orang-orang lokal betawi yang masih belum tergusur.
Hanya ada 2 orang keluarga Kristen di RT kami yang terdiri dari ratusan kepala keluarga, satu keluarga Katolik dan satu lagi keluarga kami, keluarga Advent.

Sejak SD bersekolah di sekolah negeri dekat rumah kami telah menuntun saya untuk memiliki banyak teman-teman yang berasal dari keluarga aneh-aneh, ada anak pedagang jabe di pasar, anak penggilingan, anak pengangguran, anak jagoan pasar, dll., dan mereka adalah teman-teman sampai saya masuk tingkat SMA. Hidup bersama mereka memang membuat saya jadi mudah bergaul dengan orang-orang dari berlatar belakang apapun, namun pada akhirnya masa teman-teman tersebut lebih banyak memberi pengaruh buruk kepada saya.

Baru SMP saja saya sudah merokok, meminum pil BK, berkelahi, membolos sekolah, memasuki SMA mulai mengenai minum-minuman keras, datang ke pesta-pesta disko, dll. Walaupun hanya mencoba-coba, tetapi kebiasaan buruk tersebut jelasnya juga mempengaruhi pertumbuhan fisik maupun mental.

Sampai akhirnya, saat selesai SMA, di usia 19 tahun, saat setelah saya gagal untuk mengikuti UMPTN pertama kali, saya banyak gunakan waktu untuk membaca firman Tuhan dan berdoa tiap pagi, siang dan malam. 1 tahun masa menganggur, walaupun diisi dengan berbagai kursus yang diikuti, tetap saja membuat saya bertanya tentang masa depan saya. Kuliah di sekolah swasta tidak akan sanggup karena orang tua yang tidak mampu membiayai, kuliah di negeri, apakah saya akan bisa lolos di UMPTN yang kedua tahun berikutnya? apa jadinya saya bilamana tidak bersekolah lagi? apakah saya mau seperti orang-orang yang ada di sekitar saya, yang paling banter lulus SMP dan harus kerja di pasar induk, berpeluh dan bekecimpung dengan bau sampah-sampah sayuran?

Suatu ketika, saya pernah mendengar cerita kesaksian dari salah seorang ketua gereja kami yang berseru memanggil nama Yesus saat bus yang dia tumpangi kebut-kebutan di jalan, dia memanggil nama Yesus dan meminta tolong untuk Yesus selamatkan dia. Waktu itu, saat saya mendengar kesaksiannya, saya bertanya dalam hati mengapa bapak itu memanggil nama Yesus? mengapa tidak memanggil nama Tuhan saja? bukankah lebih akrab memanggil nama Tuhan dibandingkan langsung menyebut nama Yesus? Sejenak saya merenung..., saya sadar, bapak itu memanggil nama Yesus karena dia mengenal Yesus secara pribadi, kalau saya dalam posisi yang sama, tidak akan bisa memanggil nama Yesus, karena saya tidak mengenal Dia secara pribadi. Walaupun dari kecil saya sering nyanyikan lagu "Yesus cinta anak-anak", tapi saya belum kenal Dia. Saya putuskan saat itu untuk cari tahu siapa Yesus itu.

Siapakah yang dapat menceritakan tentang Yesus? kalau saya tanya orang tua saya, mereka pasti berpendapat subyektif tentang Yesus dan akan memaksakan saya untuk terima informasi yang mereka ketahui tentang Yesus. Kalau saya tanya teman-teman saya? ah...apakah mereka tahu siapa Yesus? saya saja tidak kenal apalagi mereka, demikian saya berpendapat. Apakah pendeta bisa memberitahu saya siapa Yesus itu? emm, pendeta pasti condong bercerita bombastis tentang Yesus dan mungkin menyalahkan saya karna tidak mempercayai Yesus!. Lalu kepada siapa saya harus bertanya?

Kenapa tidak langsung bertanya dan minta penjelasan kepada Yesus sendiri? bukankah pasti bisa menjelaskan tentang siapa dirinya kepada saya?... Ya, saya putuskan untuk langsung bertanya kepada Yesus melalui doa. Pertama kalinya saya malu-malu berdoa kepada Tuhan, saya katakan "Tuhan Yesus, saya mohon maaf, sudah lama saya memanggil namaMu, tapi sebenarnya saya belum mengenalMu, bolehkan Engkau tunjukan kepada saya siapa diriMu?". Demikianlah doa seperti orang bodoh itu saya sampaikan kepada Yesus, satu bulan berlalu, belum ada jawab, dua bulan lewat juga belum ada jawab.
Suatu ketika, saat jam doa setelah membaca firman dan berdoa, saya gunakan waktu untuk melakukan perenungan pribadi dimana saya mem-flash back kehidupan saya mulai dari saat saya masih kecil. Dalam flash back tersebut saya dapat mengingat berbagai dosa dan kesalahan yang telah saya lakukan terhadap Tuhan, orang tua dan orang lain. Saya merasakan perasaan berdosa yang luar biasa, saya terbeban, saya tertekan oleh karena dosa-dosa yang saya lakukan, dan saya merasakan tidak layak hidup. Saat gambaran dosa itu membebani hati saya, saya ingat ada satu orang yang saya rasa mampu untuk membebaskan saya dari beban dosa ini, dan Dia sering menyatakan kesediaanya untuk menerima orang berdosa dan membebaskan beban hidup mereka, Dia adalah Yesus!. Saat itu saya menangis gembira, karena saya mengerti siapa Yesus bagi hidup saya. Yesuslah yang mampu membebaskan saya dari dosa-dosa lama saya dan menjadikan saya manusia baru yang penuh dengan pengharapan hidup kekal, yah hanya satu orang yang sanggup yaitu Yesus.
Setelah memperoleh pengertian diatas, saya berdoa langsung kepada Yesus, saya serahkan seluruh beban dosa saya dibawah kaki salib Yesus untuk memohon pengampunan dan meminta Yesus untuk memperbaharui kehidupan saya. Janji-janji kelepasan yang Yesus selalu sampaikan di dalam Kitab Suci meneguhkan iman saya bahwa Yesus sedia untuk menolong dan mengampuni saya. Saat itu, setelah saya serahkan seluruh dosa saya dibawah kakinya, saya merasakan suatu kedamaian hati yang luar biasa, dan merasakan suatu pengharapan besar untuk kehidupan yang lebih baik selanjutnya. Dosa lama saya tidak lagi ada di dalam hidup saya, karena Yesus telah tanggung itu semua bagi saya. Luar biasa Engkau Tuhan, kasihmu yang tidak terbatas itu telah menjamah dan memperbaharui hidupku. Apakah anda mau Yesus juga menjamah hidup anda hari ini?
wrote by Markus


Rabu, 13 Mei 2009

Saat Dia Panggil, Sambutlah!


Suatu malam di tahun 1999, pada jam doa pribadi di malam hari, setelah membaca Firman Tuhan dan berdoa, saya ambil waktu untuk berhening diri dan bermeditasi. Di dalam pikiran ini mulai ada suara-suara yang berbicara satu dengan yang lainnya. Dimulai dari satu pertanyaan tentang apa yang paling di inginkan dalam kehidupan ini?, seolah ada sambutan suara kecil yang menjawab bahwa "Yang saya inginkan dalam hidup ini adalah KEBAHAGIAAN", dan saya setuju dan juga yakin bahwa semua manusia lain pada intinya mencari kebahagiaan di bumi ini. Namun, "Bagaimana saya dapat memperoleh kebahagiaan itu? apakah saya tidak/kurang bahagia saat ini? apakah saya pernah merasakan sedikit saja perasaan bahagia?" jawab hati saya mempertanyakan diri sendiri. Ya saya ingat, saya bisa rasakan perasaan bahagia kalau saya bisa memberikan bantuan kepada orang lain yang susah sehingga orang lain itu senang. "Tapi, bagaimana saya bisa bantu orang lain, khususnya yang berkesusahan, karena saat inipun saya tidak punya banyak materi untuk diberikan kepada mereka, dan kalaupun ada maka suatu ketika materi itu akan habis juga" demikian suara hati kecil saya membela diri. "Berarti harus ada sesuatu yang dapat diberikan kepada orang lain, yang tanpa batas, dan membuat orang lain bahagia" jawab suara yang lain, "Apa itu?" suara hati saya bertanya, " Kabar baik !, INJIL keselamatan !, itulah yang dapat diberikan kepada orang banyak dan tidak pernah ada batasan kapasitasnya!", demikian suara itu memberikan jawaban tegas kepada saya. "Tapi bagaimana saya bisa berikan INJIL keselamatan itu kepada orang lain?" suara yang satu bertanya, dan suara yang lainnya menjawab "Jadilah Misionaris, ikutlah 1000 Missionary Movement" !.

Saat mendengar jawaban sekaligus panggilan untuk menjadi seorang misionaris, saya memutuskan untuk memberhentikan meditasi saya saat itu. Siapa saya dan apa kemampuan saya sehingga saya patut menjadi misionaris? demikian pertanyaan yang muncul, dan juga selain itu tergambar hal-hal penderitaan yang harus dialami dalam kehidupan seorang misionaris. Skarang ini hidup saya sudah di jalur yang benar, memegang gelar S1 Sarjana Hukum dan bekerja di kantor Pengacara yang cukup ternama, bukankah ini sudah merupakan hal yang baik? demikian pikiran saya berbicara terhadap diri sendiri. Namun saya ingat komitmen saya kepada Tuhan yang saya buat sejak pertobatan saya di tahun 1991, bahwa saya tidak akan pernah mau menolak tugas pelayanan apapun yang Tuhan berikan kepada saya. Oleh karena itu, walaupun saat itu hati saya takut, tapi saya ambil waktu berbicara dengan Tuhan, saya katakan "Tuhan, Engkau tahu hati saya yang takut saat ini, namun Engkau juga tahu saya selalu rindu bekerja bagiMu, berikan kekuatan kepada saya Tuhan, dan berikan tanda-tanda untuk saya dapat mengerti bahwa Engkau benar-benar menginginkan saya untuk menjadi Misionaris".

Luar biasanya Tuhan itu, saat kita berserah dan mau untuk Dia tuntun, maka saya dapat melihat banyak tanda dan petunjuk bahwa Tuhan mau saya untuk menyerahkan diri saya di dalam pelayanan selama 1 tahun penuh. Tidak ada alasan lainnya untuk saya mengatakan "Tidak" terhadap panggilanNya. Saya memutuskan untuk menurut dan menyambut panggilan Tuhan. Dan jadilah saya menjadi misionaris bahkan lebih dari 1 tahun. Saya mau saksikan saat ini bahwa selama pelayanan misionaris tersebut adalah merupakan suatu periode waktu yang paling membahagiakan dalam hidup saya pribadi, saya rasakan kebersamaan yang indah saat berjalan bersama Yesus, tidak ada ketakutan, tidak ada kekhawatiran, tidak ada kekecewaan. Walaupun kehidupan pelayanan itu tidak mudah, ada kalanya kami kekurangan pangan, tempat tinggal seadanya, cuma sedikit uang, mengalami serangan penyakit, penuh dengan peluh keringat saat melakukan perjalanan perlawatan dari rumah ke rumah, saya sangat merasakan sukacita yang besar dalam hidup saya. Saya mengerti, bahwa rencana Tuhan adalah rencana damai sejahtera senantiasa.

Oleh karena itu, saat Dia panggil, sambutlah!

Tuhan itu Baik


Kami sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus, karena Dia telah memberikan yang terbaik bagi keluarga kami. Bermula sejak Papa mengambil keputusan untuk menyediakan waktu 1 tahun untuk pelayanan misionaris di tahun 1999, walaupun kami yang baru berpacaran 8 bulan harus berpisah jauh, tetapi Tuhan tetap memelihara hubungan cinta kasih kami dan telah pertemukan kami kembali di awal tahun 2001 untuk melanjutkan perjalanan kasih kami sampai pada hari besar kami di bulan April 2002.

Tuhan itu dasyat!, Dia selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Luar biasanya kuasa Tuhan, saat kami meminta kepadaNya, maka hanya dalam waktu 1 tahun sejak pulang misionaris kami dapat merayakan pesta pernikahan kami, 2 tahun selanjutnya kami sudah merasakan memiliki rumah kami sendiri, walaupun rumah yang mungil. Dan tahun berikutnya tuhan juga memberikan kendaraan beratap supaya kami tidak kepanasan ataupun kehujanan. Dia juga sangat bermurah hati, berbagai berkat materi kami rasakan tiap hari di rumah kami, tidak pernah kami rasakan kekurangan apapun dalam kehidupan keluarga kami, karena Tuhan sudah siapkan semuanya buat kami.

Saat kami belum memiliki momongan sampai usia pernikahan kami 6 tahun, kami hanya bertanya "Apa maksud dan rencana Tuhan bagi keluarga kami?", kami tahu bahwa Tuhanlah yang mengizinkan kami belum punya buah hati dan Tuhan tahu itu baik buat kami. Dan memang kami rasakan Tuhan itu sangat Baik.

Sampai kami berdua bertumbuh menjadi lebih dewasa dalam perkawinan kami, Tuhan izinkan kami untuk memiliki seorang buah hati yang sangat elok dan tampan. Jose telah memberikan keceriaan dalam rumah tangga kami, lelahnya merawat anak ini tidak kami keluhkan, justru membuat kami merasa bangga dapat melakukan yang terbaik baginya. Tuhan juga pasti berlelah-lelah saat Dia memelihara kehidupan kami, tapi kami yakin Tuhan bangga akan apa yang Dia telah lakukan buat kami.

Tuhan itu baik, dia tahu apa yang terbaik bagi anak-anaknya.


Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Gowns. Powered by Blogger