Pertanyaan tersebut diatas pernah muncul dalam kehidupan saya pribadi saat saya lulus SMA dan memasuki usia 19 tahun.
Lahir dan dibesarkan dari keluarga Kristen, namun tidak dipungkiri bahwa saya tidak mengenal nama Yesus walaupun nama tersebut selalu saya sebutkan dalam nyanyian gereja saat masih kecil.
Saya ingat masa kecil saya yang hidup di wilayah perkampungan di pinggiran dan dekat dengan pasar besar yang ada di Jakarta. Anda bisa bayangkan bahwa di RT sekitar saya tinggal banyak sekali tinggal para pendatang dari kampung namun juga masih terdapat orang-orang lokal betawi yang masih belum tergusur.
Hanya ada 2 orang keluarga Kristen di RT kami yang terdiri dari ratusan kepala keluarga, satu keluarga Katolik dan satu lagi keluarga kami, keluarga Advent.
Sejak SD bersekolah di sekolah negeri dekat rumah kami telah menuntun saya untuk memiliki banyak teman-teman yang berasal dari keluarga aneh-aneh, ada anak pedagang jabe di pasar, anak penggilingan, anak pengangguran, anak jagoan pasar, dll., dan mereka adalah teman-teman sampai saya masuk tingkat SMA. Hidup bersama mereka memang membuat saya jadi mudah bergaul dengan orang-orang dari berlatar belakang apapun, namun pada akhirnya masa teman-teman tersebut lebih banyak memberi pengaruh buruk kepada saya.
Baru SMP saja saya sudah merokok, meminum pil BK, berkelahi, membolos sekolah, memasuki SMA mulai mengenai minum-minuman keras, datang ke pesta-pesta disko, dll. Walaupun hanya mencoba-coba, tetapi kebiasaan buruk tersebut jelasnya juga mempengaruhi pertumbuhan fisik maupun mental.
Sampai akhirnya, saat selesai SMA, di usia 19 tahun, saat setelah saya gagal untuk mengikuti UMPTN pertama kali, saya banyak gunakan waktu untuk membaca firman Tuhan dan berdoa tiap pagi, siang dan malam. 1 tahun masa menganggur, walaupun diisi dengan berbagai kursus yang diikuti, tetap saja membuat saya bertanya tentang masa depan saya. Kuliah di sekolah swasta tidak akan sanggup karena orang tua yang tidak mampu membiayai, kuliah di negeri, apakah saya akan bisa lolos di UMPTN yang kedua tahun berikutnya? apa jadinya saya bilamana tidak bersekolah lagi? apakah saya mau seperti orang-orang yang ada di sekitar saya, yang paling banter lulus SMP dan harus kerja di pasar induk, berpeluh dan bekecimpung dengan bau sampah-sampah sayuran?
Suatu ketika, saya pernah mendengar cerita kesaksian dari salah seorang ketua gereja kami yang berseru memanggil nama Yesus saat bus yang dia tumpangi kebut-kebutan di jalan, dia memanggil nama Yesus dan meminta tolong untuk Yesus selamatkan dia. Waktu itu, saat saya mendengar kesaksiannya, saya bertanya dalam hati mengapa bapak itu memanggil nama Yesus? mengapa tidak memanggil nama Tuhan saja? bukankah lebih akrab memanggil nama Tuhan dibandingkan langsung menyebut nama Yesus? Sejenak saya merenung..., saya sadar, bapak itu memanggil nama Yesus karena dia mengenal Yesus secara pribadi, kalau saya dalam posisi yang sama, tidak akan bisa memanggil nama Yesus, karena saya tidak mengenal Dia secara pribadi. Walaupun dari kecil saya sering nyanyikan lagu "Yesus cinta anak-anak", tapi saya belum kenal Dia. Saya putuskan saat itu untuk cari tahu siapa Yesus itu.
Siapakah yang dapat menceritakan tentang Yesus? kalau saya tanya orang tua saya, mereka pasti berpendapat subyektif tentang Yesus dan akan memaksakan saya untuk terima informasi yang mereka ketahui tentang Yesus. Kalau saya tanya teman-teman saya? ah...apakah mereka tahu siapa Yesus? saya saja tidak kenal apalagi mereka, demikian saya berpendapat. Apakah pendeta bisa memberitahu saya siapa Yesus itu? emm, pendeta pasti condong bercerita bombastis tentang Yesus dan mungkin menyalahkan saya karna tidak mempercayai Yesus!. Lalu kepada siapa saya harus bertanya?
Kenapa tidak langsung bertanya dan minta penjelasan kepada Yesus sendiri? bukankah pasti bisa menjelaskan tentang siapa dirinya kepada saya?... Ya, saya putuskan untuk langsung bertanya kepada Yesus melalui doa. Pertama kalinya saya malu-malu berdoa kepada Tuhan, saya katakan "Tuhan Yesus, saya mohon maaf, sudah lama saya memanggil namaMu, tapi sebenarnya saya belum mengenalMu, bolehkan Engkau tunjukan kepada saya siapa diriMu?". Demikianlah doa seperti orang bodoh itu saya sampaikan kepada Yesus, satu bulan berlalu, belum ada jawab, dua bulan lewat juga belum ada jawab.
Lahir dan dibesarkan dari keluarga Kristen, namun tidak dipungkiri bahwa saya tidak mengenal nama Yesus walaupun nama tersebut selalu saya sebutkan dalam nyanyian gereja saat masih kecil.
Saya ingat masa kecil saya yang hidup di wilayah perkampungan di pinggiran dan dekat dengan pasar besar yang ada di Jakarta. Anda bisa bayangkan bahwa di RT sekitar saya tinggal banyak sekali tinggal para pendatang dari kampung namun juga masih terdapat orang-orang lokal betawi yang masih belum tergusur.
Hanya ada 2 orang keluarga Kristen di RT kami yang terdiri dari ratusan kepala keluarga, satu keluarga Katolik dan satu lagi keluarga kami, keluarga Advent.
Sejak SD bersekolah di sekolah negeri dekat rumah kami telah menuntun saya untuk memiliki banyak teman-teman yang berasal dari keluarga aneh-aneh, ada anak pedagang jabe di pasar, anak penggilingan, anak pengangguran, anak jagoan pasar, dll., dan mereka adalah teman-teman sampai saya masuk tingkat SMA. Hidup bersama mereka memang membuat saya jadi mudah bergaul dengan orang-orang dari berlatar belakang apapun, namun pada akhirnya masa teman-teman tersebut lebih banyak memberi pengaruh buruk kepada saya.
Baru SMP saja saya sudah merokok, meminum pil BK, berkelahi, membolos sekolah, memasuki SMA mulai mengenai minum-minuman keras, datang ke pesta-pesta disko, dll. Walaupun hanya mencoba-coba, tetapi kebiasaan buruk tersebut jelasnya juga mempengaruhi pertumbuhan fisik maupun mental.
Sampai akhirnya, saat selesai SMA, di usia 19 tahun, saat setelah saya gagal untuk mengikuti UMPTN pertama kali, saya banyak gunakan waktu untuk membaca firman Tuhan dan berdoa tiap pagi, siang dan malam. 1 tahun masa menganggur, walaupun diisi dengan berbagai kursus yang diikuti, tetap saja membuat saya bertanya tentang masa depan saya. Kuliah di sekolah swasta tidak akan sanggup karena orang tua yang tidak mampu membiayai, kuliah di negeri, apakah saya akan bisa lolos di UMPTN yang kedua tahun berikutnya? apa jadinya saya bilamana tidak bersekolah lagi? apakah saya mau seperti orang-orang yang ada di sekitar saya, yang paling banter lulus SMP dan harus kerja di pasar induk, berpeluh dan bekecimpung dengan bau sampah-sampah sayuran?
Suatu ketika, saya pernah mendengar cerita kesaksian dari salah seorang ketua gereja kami yang berseru memanggil nama Yesus saat bus yang dia tumpangi kebut-kebutan di jalan, dia memanggil nama Yesus dan meminta tolong untuk Yesus selamatkan dia. Waktu itu, saat saya mendengar kesaksiannya, saya bertanya dalam hati mengapa bapak itu memanggil nama Yesus? mengapa tidak memanggil nama Tuhan saja? bukankah lebih akrab memanggil nama Tuhan dibandingkan langsung menyebut nama Yesus? Sejenak saya merenung..., saya sadar, bapak itu memanggil nama Yesus karena dia mengenal Yesus secara pribadi, kalau saya dalam posisi yang sama, tidak akan bisa memanggil nama Yesus, karena saya tidak mengenal Dia secara pribadi. Walaupun dari kecil saya sering nyanyikan lagu "Yesus cinta anak-anak", tapi saya belum kenal Dia. Saya putuskan saat itu untuk cari tahu siapa Yesus itu.
Siapakah yang dapat menceritakan tentang Yesus? kalau saya tanya orang tua saya, mereka pasti berpendapat subyektif tentang Yesus dan akan memaksakan saya untuk terima informasi yang mereka ketahui tentang Yesus. Kalau saya tanya teman-teman saya? ah...apakah mereka tahu siapa Yesus? saya saja tidak kenal apalagi mereka, demikian saya berpendapat. Apakah pendeta bisa memberitahu saya siapa Yesus itu? emm, pendeta pasti condong bercerita bombastis tentang Yesus dan mungkin menyalahkan saya karna tidak mempercayai Yesus!. Lalu kepada siapa saya harus bertanya?
Kenapa tidak langsung bertanya dan minta penjelasan kepada Yesus sendiri? bukankah pasti bisa menjelaskan tentang siapa dirinya kepada saya?... Ya, saya putuskan untuk langsung bertanya kepada Yesus melalui doa. Pertama kalinya saya malu-malu berdoa kepada Tuhan, saya katakan "Tuhan Yesus, saya mohon maaf, sudah lama saya memanggil namaMu, tapi sebenarnya saya belum mengenalMu, bolehkan Engkau tunjukan kepada saya siapa diriMu?". Demikianlah doa seperti orang bodoh itu saya sampaikan kepada Yesus, satu bulan berlalu, belum ada jawab, dua bulan lewat juga belum ada jawab.
Suatu ketika, saat jam doa setelah membaca firman dan berdoa, saya gunakan waktu untuk melakukan perenungan pribadi dimana saya mem-flash back kehidupan saya mulai dari saat saya masih kecil. Dalam flash back tersebut saya dapat mengingat berbagai dosa dan kesalahan yang telah saya lakukan terhadap Tuhan, orang tua dan orang lain. Saya merasakan perasaan berdosa yang luar biasa, saya terbeban, saya tertekan oleh karena dosa-dosa yang saya lakukan, dan saya merasakan tidak layak hidup. Saat gambaran dosa itu membebani hati saya, saya ingat ada satu orang yang saya rasa mampu untuk membebaskan saya dari beban dosa ini, dan Dia sering menyatakan kesediaanya untuk menerima orang berdosa dan membebaskan beban hidup mereka, Dia adalah Yesus!. Saat itu saya menangis gembira, karena saya mengerti siapa Yesus bagi hidup saya. Yesuslah yang mampu membebaskan saya dari dosa-dosa lama saya dan menjadikan saya manusia baru yang penuh dengan pengharapan hidup kekal, yah hanya satu orang yang sanggup yaitu Yesus.
Setelah memperoleh pengertian diatas, saya berdoa langsung kepada Yesus, saya serahkan seluruh beban dosa saya dibawah kaki salib Yesus untuk memohon pengampunan dan meminta Yesus untuk memperbaharui kehidupan saya. Janji-janji kelepasan yang Yesus selalu sampaikan di dalam Kitab Suci meneguhkan iman saya bahwa Yesus sedia untuk menolong dan mengampuni saya. Saat itu, setelah saya serahkan seluruh dosa saya dibawah kakinya, saya merasakan suatu kedamaian hati yang luar biasa, dan merasakan suatu pengharapan besar untuk kehidupan yang lebih baik selanjutnya. Dosa lama saya tidak lagi ada di dalam hidup saya, karena Yesus telah tanggung itu semua bagi saya. Luar biasa Engkau Tuhan, kasihmu yang tidak terbatas itu telah menjamah dan memperbaharui hidupku. Apakah anda mau Yesus juga menjamah hidup anda hari ini?
wrote by Markus
0 komentar:
Posting Komentar